Senin, 24 Agustus 2015

Hidayah, Hak Allah Atau Pilihan

Berbicara mengenai hidayah, pikiran kita umumnya pasti tertuju pada kisah fenomenal ketika Rasul berupaya mengislamkan paman yang selalu mendukung dan membela kegiatan dakwahnya, namun masih tetap berpegang teguh pada agama nabi terdahulu hingga akhir hayatnya. Melihat begitu gigihnya rasul berupaya membuat pamannya beriman Allah kemudian berfirman “Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS Al Qashash: 56).

Membaca ayat itu dulu sempat bertanya-tanya bagaimana Allah bisa maha adil bila hanya orang-orang tertentu saja yang menperoleh hidayah, bagaimana dengan mereka yang berbeda agama kemudian mengikuti agama orang tuanya sejak lahir. Disini bukan akan membahas mengenai tafsir ayat tersebut karena banyak ahli tafsir yang jauh lebih layak diambil pendapatnya, namun hanya coba menjawab pertanyaan yang muncul ketika itu  dengan mudah tanpa perlu argumen panjang atau berbagai macam dalil, agar jangan sampai menganggap Allah tidak adil karena hanya memberikan hidayah kepada yang dikehendakinya saja.

Rasul telah mewarisi petunjuk agung kepada manusia berupa quran dan hadist setelah menuntaskan dakwahnya dan kini begitu mudah memperoleh hidayah (petunjuk) mengingat informasi, pengetahuan, artikel mengenai apapun terutama agama bisa diperoleh bahkan hanya dengan sentuhan jari.  Sehingga kadang terdengar aneh bila ada yang menggunakan alasan belum memperoleh hidayah, nyatanya hidayah Allah telah bertebaran melalui quran dan hadist, para ulama, buku-buku, dunia maya maupun tanda-tanda alam semesta.

Inilah kemudian yang membuat Allah menjadikan manusia khalifah dibumi, karena kemampuan mencerna dan mengelola berbagai informasi dan pengetahuan melalui akal miliknya. Akal merupakan bentuk keadilan Allah kepada manusia dalam memberikan hidayah kepada orang yang dikehendakinya, yaitu mereka yang menggunakan akalnya dengan baik dalam memahami  hidayah dan tanda-tanda kekuasaan-Nya kemudian menanamnya dalam hati dan melaksanakannya dalam keseharian.

Jadi bila menemukan informasi mengenai masalah apapun terutama masalah agama gunakan akal dan pengetahuan kamu dalam mencernanya, periksa latar belakang penyampai informasi, teliti kembali dengan mengembalikannya kepada quran dan hadis serta sumber terpercaya, atau tanyakan pada para ulama yang kamu anggap bijak dalam memandang suatu masalah. Agar kita selalu menjadi orang yang memperoleh nikmat Allah seperti yang kita mohonkan dalam setiap sholat melalui surat alfatihah "tunjukilah kami jalan yang lurus, jalan orang-orang yang telah engkau beri nikmat kepada mereka, bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan jalan mereka yang sesat".

Jumat, 10 Juli 2015

Partai Islam dan Kritik Konyol


Pemilu presiden 2014 lalu yang diikuti dua orang kandidat yaitu Jokowi yang diusung gabungan partai nasional dalam jumlah kecil dan Prabowo yang diusung oleh sebagian besar partai terutama partai-partai Islam, menjadi pemilu presiden paling panas yang pernah terjadi di Indonesia. Berbagai manuver dilakukan para pendukung kedua kandidat dengan menghembuskan berbagai isu yang belum tentu valid dan tentu saja muncul berbagai isu sara yang sangat memprihatinkan, demi mempengaruhi para pemilih yang sensitif dengan masalah agama.

Partai Islam seperti PKS dengan berbagai corong medianya menjadi yang paling getol menghebuskan isu-isu sara ini. Para pendukungnya bahkan tidak kalah militannya untuk menyebar luaskan berbagai isu-isu tersebut melalui artikel, buliten, selebaran hingga media sosial. Bukan hanya sang calon presiden lawan yang menjadi target, para tokoh yang menjadi pendukung kandidat berbedapun tidak luput menjadi sasaran isu sara saat kampanye pemilihan presiden 2014. Salah satunya Prof. Quraish Shihab yang diplintir pernyataannya dalam suatu kajian agama ditelevisi oleh pendukung tentu saja dari partai Islam dari kubu Parabowo sehingga menjadi bahan pergunjingan dimedia sosial bahkan hingga dituding sebagai penganut Syiah.

Setelah pemilu presiden usaipun yang dimenangkan oleh Jokowi, media pendukung partai Islam tersebut tetap terus melakukan serangan sayangnya bukan hanya terhadap kebijakan pemerintah melainkan kesalahan sekecil apapun yang bisa menjatuhkan martabat sang presiden tidak luput dari kritik mereka. Salah satunya ketika presiden melakukan buka puasa bersama anak-anak yatim diistana presiden beberapa waktu lalu.

Media-media corong PKS yang jelas-jelas menggunakan atribut Islam bukan mengangkat betapa rendah hatinya Jokowi sebagai seorang presiden yang ketika berbuka puasa tanpa ragu duduk berdekatan, berdampingan, berbicara  dan makan bersama tanpa sekat dengan para anak yatim tersebut. Namun yang mereka blow-up ialah foto yang memperlihatkan kesalahan Jokowi yang minum sambil berdiri dan menggunakan tangan kiri saat berlangsung buka puasa bersama tersebut.

Berbagai logika dan sejumlah hadis mereka kemukakan bahkan mereka membandingkannya dengan ketua umum partai PKS  dengan menampilkan foto Anis Mata yang minum dalam posisi jongkok saat melakukan kampanye. Sebagai partai oposisi sah-sah saja mengkritik habis-habisan kebijakan apapun yang dibuat Jokowi demi kepentingan masyarakat. Namun menjadi konyol ketika mereka menyerang kesalehan seseorang kemudian menggunjingkannya terus-menerus demi menjatuhkan martabatnya sebagai seorang yang beragama.

Selasa, 23 Juni 2015

Perbedaan Dari Rahmat Menjadi Laknat



Dalam memahami dan melaksanakan ajaran Islam banyak sekali terjadi perbedaan pendapat antara satu ulama dengan ulama lain. Perbedaan ini adakalanya menjadi rahmat bila mereka yang saling memegang teguh satu pendapat kemudian mau berdiskusi agar bisa saling memahami dan menghormati mereka yang memegang pendapat yang lain, sehingga tidak mustahil akan memperkaya pengetahuan, pemikiran bahkan dapat memperkuat keimanan seseorang.

Adakalanya perbedaan menjadi laknat ketika salah satu pihak merasa paling benar kemudian terus-menerus menghujat, mencerca bahkan menghina mereka yang memiliki pendapat berbeda. Akibatnya timbul perpecahan bahkan kekerasan yang bisa merugikan kedua belah pihak. Ini sering kali terjadi di Indonesia dan ironisnya sering menimbulkan korban baik jiwa maupun materi dan yang lebih parah lagi menjadi dendam kusumat yang tidak ada habis-habisnya.

Rasulullah dalam suatu hadistnya pernah menyebutkan bahwa umat Islam akan terpecah menjadi 73 golongan, namun satu yang kabarnya akan selamat yaitu ahlusunnah waljamaah. Sulit untuk menyebutkan dan mendata siapa saja yang termasuk dalam 73 golongan.  Namun setidaknya di Indonesia bisa dibagi dalam 3 golongan yaitu golongan kanan, tengah dan kiri, tentu semuanya mengakui sebagai ahlusunnah waljamaah bahkan ada golongan yang secara terang-terangan merasa paling benar dan menganggap sesat atau bahkan mengkafirkan diluar golongan mereka atau yang berbeda pemahaman dengan mereka.

Pertama Golongan Kanan
Mereka yang termasuk golongan kanan harus diakui melakukan ibadah benar-benar sesuai dengan apa yang tertera dalam Quran dan hadist menurut pemahaman mereka tidak kurang dan tidak lebih, bahkan apa yang rasul lakukan berusaha mereka contoh seperti tidak memakai celana atau gamis melebihi mata kaki, memanjangkan jenggot hingga makan dengan 3 jari. Mereka juga sering bertindak keras terhadap kemaksiatan meski pelakunya bukan muslim dan cenderung mendukung habis-habisan tindakan apapun yang dilakukan Arab Saudi.

Sayangnya golongan ini kurang menghormati diluar golongannya yang memiliki pemahaman, ibadah, amalan yang sedikit berbeda namun sebenarnya masih dalam koridor keislaman, karena memiliki dalil yang dianggap sesuai dengan apa yang mereka jalankan. Golongan kanan kerap mencerca dan menghujat diluar golongannya ini sebagai pelaku bidah, kurafat bahkan sebagian ada yang menganggapnya sebagai golongan kafir sehingga sering menjadi pemicu masyarakat awam melakukan tindakan kekerasan maupun menjadi korban kekerasan.

Kedua Golongan Tengah
Mereka yang termasuk golongan tengah lebih menghargai perbedaan dan senang melakukan diskusi untuk mencari persamaan bukan malah mempertajam perbedaan. Termasuk golongan ini mereka yang memahami Islam dengan pemikiran yang lebih terbuka bahkan cenderung terlalu bebas dan mereka yang kadang mendukung pula golongan kanan. Golongan ini tidak selalu menafsirkan quran maupun memahami hadis secara harfiah melainkan selalu mempertimbangkan qiyas maupun ijma para ulama. Sebagian mereka kerap menyerap kearifan budaya lokal dengan memasukkan unsur-unsur keislaman untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari dan ini sering dianggap sebagai bidah oleh golongan kanan.

Saking terbukanya pemikiran dan pemahaman golongan tengah membuat sebagian mereka kerap memiliki pandangan ekstrem dalam masalah keagamaan, yang sulit diterima golongan tengah dari kalangan tradisional dan ditentang habis-habisan oleh golongan kanan. Namun demikian merekalah yang paling anti terhadap tindak kekerasan yang mengatasnamakan agama baik dalam memberantas kemaksiatan maupun bentuk kekerasan verbal seperti mencap bidah maupun kafir sehingga menjadi musuh utama golongan kanan.

Ketiga Golongan Kiri
Golongan kiri ialah minoritas dengan keyakinan dan pemahaman Islam yang sangat berbeda dengan mayoritas yaitu golongan kanan dan tengah. Namun pada dasarnya mereka memiliki akar keislaman yang sama, kemudian terpisah oleh sejarah ketika Islam mulai berkembang luas. Golongan ini selalu menjadi bulan-bulanan mayoritas baik dari golongan kanan termasuk sebagian mereka yang berada digolongan tengah, karena terpengaruh oleh propaganda yang masif dan tersktruktur oleh golongan kanan. Golongan kiri inilah yang kerap dianggap kafir sehingga sering menjadi korban kekerasan dan penindasan oleh mayoritas.

Dari ketiga golongan ini adakah yang selamat seperti diungkapkan Rasulullah dalam hadisnya mengenai terpecahnya golongan dalam Islam, wallahua’lam. Namun ada baiknya memperhatikan firman Allah dalam surat Al-Asr (103) ayat 1-3. Mereka yang beruntung ialah orang-orang yang beriman dan beramal saleh, saling menasehati tentang kebenaran dan saling menasehati dengan sabar. Bila ketiga golongan melaksanakan ayat ini, tentu saja perbedaan tetap menjadi rahmat dan akan dijauhi dari laknat.

Kamis, 18 Juni 2015

Menggugat Keislaman Arab Saudi


Arab Saudi dikenal sebagai negara Islam yang super kaya raya. Sumber kekayaan terbesar Arab Saudi berasal dari eksplorasi minyak yang begitu berlimpah tersimpan dalam perut bumi negara tersebut. Bukan itu saja, umat Islam Indonesia ternyata menjadi penyumbang terbesar kekayaan Arab Saudi setelah minyak melalui jamaah haji dan umroh. Satu orang saja paling tidak membutuhkan puluhan juta rupiah agar bisa melaksanakan haji dan umroh dikalikan saja dengan jumlah calon haji tiap tahunnya dan mereka yang berangkat umroh setiap hari.

Kekayaan Saudi yang luar biasa membuat mereka mampu membuat negaranya menjadi semakin megah setara dengan negara maju di Eropa, dengan membangun berbagai gedung pencakar langit secara masif. Bahkan bangunan bernama Burj Khalifa menjadi gedung tertinggi didunia mengalahkan bangunan tertinggi dinegara maju sekalipun seperti AS. Arab Saudi kabarnya juga memproduksi mobil termahal didunia Lykan Hypersport yang muncul dalam film Furious 7. Untuk apa mobil tersebut diciptakan, tentu saja demi melengkapi koleksi mobil mewah para pangeran kerajaan saudi yang luas garasinya mungkin setara dengan masjid-masjid besar di Jakarta.

Selain itu Arab Saudi juga menjadi pelanggan paling loyal persenjataan yang dihasilkan oleh AS dan Israel. Ratusan milyar dolar mereka habiskan untuk membeli persenjataan mulai dari pesawat tempur canggih F-15, helikopter, bom, radar hingga alat untuk melihat dalam gelap. Mereka juga membeli pesawat mata-mata tanpa awak canggih dari negara yang selama ini dianggap sebagai musuh oleh mereka yang gencar memperjuangkan Palestina yaitu Israel. Tidak semua negara bisa memperoleh persenjataan paling canggih dari AS dan Israel, hanya negara sekutu atau negara yang tidak mengancam  kepentingan dan kebijakan AS dan Israel bisa memilikinya.

Kekayaan yang dimiliki Arab Saudi tidak melulu dihambur-hamburkan untuk memunuhi ambisinya agar dianggap dunia sebagai negara super kaya “karena memang sudah kaya” dan memiliki pertahanan super kuat, mungkin agar ditakuti negara lain atau dengan mudah menghancurkan negara lain yang tidak sesuai dengan kepentingannya. Arab Saudi juga menyumbangkan kekayaannya untuk pendidikan dan bantuan sosial lain kenegara-negara muslim seperti Indonesia. Nampak jelas sumbangan tersebut mengalir kekantong-kantong mereka yang aktif dalam lembaga-lembaga pendidikan atau agama yang gencar melakukan dakwah pemurnian agama dengan wahabi sebagai rujukan, yang menjadi satu-satunya mazhab utama Arab Saudi.

Namun ajaran pemurnian agama yang didengung-dengunkan kerap bertolak belakang dengan apa yang terjadi  di Arab Saudi. Contoh paling kecil ialah mereka melarang pengikutnya bersikap berlebihan atau sombong sehingga dilarang menggunakan celana melewati batas mata kaki sesuai hadist yang mereka pahami. Disisi lain Arab Saudi sepertinya tidak peduli dengan perintah tersebut sehingga berhasil membangun gedung paling tinggi didunia. Tentu saja ini bukan untuk kepentingan umat Islam, melainkan untuk menyambut rekan bisnis yang akan menambah pundi-pundi kekayaan mereka.

Para pengikutnya juga sangat anti Yahudi dan kerap mencap mereka yang berbeda pemahaman sebagai Yahudi. Namun tetap saja Arab Saudi makin erat bekerjasama dengan Israel untuk memperkuat persenjataan mereka. Tuduhan seperti itu gencar dilakukan media-media berpaham wahabi untuk meraih simpati masyarakat muslim agar mendukung Arab Saudi melancarkan serangan militer ke negara lain seperti Yaman. Pada kenyataannya perang yang dilancarkan bukan untuk kepentingan agama, melainkan kepentingan ekonomi dan politik yang hanya menguntungkan  negara-negara seperti AS dan Israel.

Arab Saudi tetaplah sebuah negara Islam yang pernah melahirkan seorang pemimpin paling mulia bagi umat Islam, sekaligus tempat berkumpulnya muslim dari seluruh penjuru dunia untuk melaksanakan ibadah haji. Apa yang mereka lakukan mungkin saja untuk kepentingan negara dan bangsanya, sehingga sepertinya kurang elok bila menggugat anugrah tuhan yang mereka peroleh agar digunakan sebesar-besarnya untuk kepentingan umat Islam seluruh dunia. Bisa jadi dalil mereka jauh lebih banyak untuk membenarkan apa yang telah mereka perbuat.

Rabu, 17 Juni 2015

Ramadhan Tetap Menjadi Bulan Suci



Ramadhan menjadi bulan yang dinantikan dengan suka cita oleh umat Islam, selain sebagai bulan suci yang penuh hikmah, Ramadhan merupakan bulan penuh berkah ampunan bagi mereka yang berpuasa dengan baik dan banyak manfaat yang diperoleh dengan berpuasa. Bahkan ahli tafsir terkemuka Quroish Shibah dalam statusnya dimedia sosial mengungkapkan, bunyi surat AlBaqarah ayat 183 mewajibkan berpuasa tanpa menyebut siapa yang mewajibkanya dan seandainya Allah tidak mewajibkan, manusia dengan sukarela melaksanakan bila tahu manfaat besar dari puasa.

Sebagian orang merasa risau menyambut Ramadhan yang berlangsung tahun ini, mengingat pemerintah menghimbau agar menghormati mereka yang tidak berpuasa dengan tidak memaksa tempat makan tutup disiang hari maupun sweeping tempat-tempat yang dianggap sebagai sarang maksiat. Mereka menggangap puasa tahun ini akan terasa berbeda, karena akan menemui orang-orang yang merokok maupun makan dengan bebas disiang hari dan kesucian bulan Ramadhan bisa terganggu jika tempat yang dianggap sebagai sarang maksiat tetap beroperasi.

Kerisauan tersebut sangat beralasan, agar jangan sampai mereka yang sedang menahan lapar disiang hari kemudian tergoda membatalkan puasanya dengan masuk kewarung makan yang buka saat ramadhan, atau mungkin mengumpat dalam hati mereka yang makan atau merokok dengan bebas ditempat umum pada siang hari. Mereka yang ingin beribadah dengan khusuk dimalam-malam Ramadhan tentu tidak ingin diganggu dengan ingar-bingar suara musik dari diskotik yang sesaki mereka yang mabuk minuman keras dan khawatir saudara mereka yang seiman ikut tergoda masuk ketempat tersebut.

Namun bila meresapi kembali hikmah diperintahkannya puasa, bisa jadi ini hanya sebagian kecil ujian bagi mereka yang berpuasa. Ujian sebenarnya ialah bagaimana memanfaatkan Ramadhan  yang hanya berlangsung kurang lebih 29 hari untuk melatih diri dalam mengelola hawa nafsu sehingga terbentuk pribadi takwa, sekaligus saling berlomba dalam beribadah untuk memperoleh pahala dan ampunan yang sebesar-besarnya.

“Selamat Menjalankan Ibadah Puasa Ramadhan 1436H”