Jumat, 10 Juli 2015

Partai Islam dan Kritik Konyol


Pemilu presiden 2014 lalu yang diikuti dua orang kandidat yaitu Jokowi yang diusung gabungan partai nasional dalam jumlah kecil dan Prabowo yang diusung oleh sebagian besar partai terutama partai-partai Islam, menjadi pemilu presiden paling panas yang pernah terjadi di Indonesia. Berbagai manuver dilakukan para pendukung kedua kandidat dengan menghembuskan berbagai isu yang belum tentu valid dan tentu saja muncul berbagai isu sara yang sangat memprihatinkan, demi mempengaruhi para pemilih yang sensitif dengan masalah agama.

Partai Islam seperti PKS dengan berbagai corong medianya menjadi yang paling getol menghebuskan isu-isu sara ini. Para pendukungnya bahkan tidak kalah militannya untuk menyebar luaskan berbagai isu-isu tersebut melalui artikel, buliten, selebaran hingga media sosial. Bukan hanya sang calon presiden lawan yang menjadi target, para tokoh yang menjadi pendukung kandidat berbedapun tidak luput menjadi sasaran isu sara saat kampanye pemilihan presiden 2014. Salah satunya Prof. Quraish Shihab yang diplintir pernyataannya dalam suatu kajian agama ditelevisi oleh pendukung tentu saja dari partai Islam dari kubu Parabowo sehingga menjadi bahan pergunjingan dimedia sosial bahkan hingga dituding sebagai penganut Syiah.

Setelah pemilu presiden usaipun yang dimenangkan oleh Jokowi, media pendukung partai Islam tersebut tetap terus melakukan serangan sayangnya bukan hanya terhadap kebijakan pemerintah melainkan kesalahan sekecil apapun yang bisa menjatuhkan martabat sang presiden tidak luput dari kritik mereka. Salah satunya ketika presiden melakukan buka puasa bersama anak-anak yatim diistana presiden beberapa waktu lalu.

Media-media corong PKS yang jelas-jelas menggunakan atribut Islam bukan mengangkat betapa rendah hatinya Jokowi sebagai seorang presiden yang ketika berbuka puasa tanpa ragu duduk berdekatan, berdampingan, berbicara  dan makan bersama tanpa sekat dengan para anak yatim tersebut. Namun yang mereka blow-up ialah foto yang memperlihatkan kesalahan Jokowi yang minum sambil berdiri dan menggunakan tangan kiri saat berlangsung buka puasa bersama tersebut.

Berbagai logika dan sejumlah hadis mereka kemukakan bahkan mereka membandingkannya dengan ketua umum partai PKS  dengan menampilkan foto Anis Mata yang minum dalam posisi jongkok saat melakukan kampanye. Sebagai partai oposisi sah-sah saja mengkritik habis-habisan kebijakan apapun yang dibuat Jokowi demi kepentingan masyarakat. Namun menjadi konyol ketika mereka menyerang kesalehan seseorang kemudian menggunjingkannya terus-menerus demi menjatuhkan martabatnya sebagai seorang yang beragama.